Salatiga — Sebanyak 112 peserta yang terdiri dari pembina, pelatih, dan anggota Pramuka dari enam kabupaten/kota se-Binwil Semarang berkumpul dalam kegiatan Karang Pamitran yang digelar di SMKN 1 Salatiga, Jalan Nakula Sadewa I/3, Salatiga. Acara ini dibuka dengan semangat silaturahmi, diskusi, dan pembaruan keilmuan Gerakan Pramuka Jawa Tengah.
Ketua Panitia, Kak Surahman, dalam sambutannya menyampaikan bahwa kegiatan ini bertujuan mempererat hubungan antar pembina serta memperkaya wawasan melalui materi deep learning yang dibawakan oleh Kak Ari dan Kak Widodo. “Pramuka tidak pernah pensiun. Kita terus berkembang, bahagia, dan bersilaturahmi,” tegasnya.
City Tour dan Refleksi Sejarah Salatiga
Memasuki hari kedua, peserta diajak menyusuri sejarah lokal Salatiga melalui city tour yang mencakup kunjungan ke Plumbungan, Gereja tua, dan rumah dinas Wali Kota. Siangnya, peserta menikmati kuliner khas seperti Tri Sala dan Getuk Trio, sembari mendalami filosofi lokal seperti rahasia Plumbungan dan sejarah Salatiga yang telah berdiri sejak tahun 751 M.
Kak Nunuk, mewakili Ketua Kwarcab Kota Salatiga, menyampaikan bahwa meski Kak Adi berhalangan hadir, semangat peserta tetap tinggi. “Hari ini suhu Salatiga mencapai 31°C, mari kita segarkan semangat dan update keilmuan Pramuka,” ujarnya.
Amanah Kak Budi: Salam Pramuka Adalah Pendidikan Karakter
Kegiatan ini semakin bermakna dengan kehadiran Ka Kwarda Jawa Tengah, Prof. Dr. Ir. Slamet Budi Prayitno, M.Sc. Dalam amanahnya, Kak Budi menekankan makna salam Pramuka sebagai bentuk pendidikan karakter. “Salam Pramuka adalah penghormatan kepada orang tua dan sesama. Hormatmu dimulai dari keluarga,” ungkapnya dalam sesi TikTok edukatif berdurasi satu menit.
Kak Cahyo dari BNPT turut berbagi pengalaman bahwa nilai-nilai Pramuka seperti respek, taat, dan disiplin telah membantunya dalam karier. “Pramuka jalan terus, tak kenal usia,” katanya.
Refleksi dan Tantangan Pembina
Kegiatan ini juga menjadi ruang refleksi bagi para pembina. Kak Slamet menyampaikan bahwa disiplin dalam Pramuka bukan sekadar bangun pagi, melainkan kesadaran akan tanggung jawab. Ia menggambarkan karakter pembina seperti gelas tebal yang tahan benturan namun tetap penuh isi.
Diskusi mendalam juga membahas kurikulum SKU dan SKK, serta aspirasi peserta didik terhadap Pramuka. “Apakah metode kita sudah menarik? Sudahkah kita bertanya pada peserta: apa harapan mereka?” tanya Kak Ayik yang ingin menjadi idola peserta didik.
Pramuka dan Deep Learning: DNA Pendidikan Abad 21
Materi deep learning yang dibawakan Kak Widodo menyoroti pentingnya refleksi, praktik, dan penghayatan dalam pendidikan Pramuka. Meski tantangan seperti kesenjangan guru dan sistem politik masih ada, Pramuka telah menerapkan prinsip-prinsip pembelajaran mendalam. “Guru Pramuka harus bahagia, reward-nya bukan finansial, tapi kebermaknaan,” tegasnya.
Penutup: Pramuka Sebagai Gerakan Sosial dan Karakter Bangsa
Kegiatan Karang Pamitran ini ditutup dengan semangat bakti dan pesan berantai untuk membangun karakter bangsa. Dari pengalaman internasional hingga lokal, Pramuka terus menjadi wadah multitalenta dan intelijen sosial. “Pramuka bukan soal uang, tapi soal manfaat dunia akhirat,” pungkas Kak Budi.
Dengan semangat seduluran dan komunikasi, Karang Pamitran Binwil Semarang menjadi bukti bahwa Pramuka adalah rumah pembina, tempat belajar, berbagi, dan membangun generasi emas Indonesia.
Redaksi: Irfain
