
Semarang, Senin (29/9/2025) – Suasana Aula C SMK Islamic Centre Baiturrahman pagi itu terasa hangat. Tepat pukul 09.00 WIB, acara penyerahan mahasiswa Program Latihan Profesi (PLP) 2 dari UIN Walisongo Semarang resmi dimulai. Sebanyak 15 mahasiswa diterima untuk mengabdi, belajar, dan menempa diri selama satu setengah bulan ke depan.

Dalam sambutannya, Pak Zuhruddin menegaskan pentingnya observasi sebagai langkah awal. “Perhatikan bagaimana guru mengajar, persiapkan RPP dengan matang, dan cermati metode pembelajaran yang tepat,” ujarnya. File laporan observasi nantinya akan dikirimkan langsung kepada beliau sebagai bentuk pertanggungjawaban.
Lebih jauh, Zuhruddin mengingatkan bahwa seorang calon guru bukan hanya sekadar mualim (pengajar), tetapi juga memikul peran lain: muaddib (pendidik), mudarris (pencerah manusia), dan murobby (pembimbing). “Murobby bukan hanya mengajar, tapi juga mendampingi, mendoakan ketika murid sakit, bahkan menjenguk jika perlu. Itulah hakikat seorang guru sejati,” pesannya.
Ia juga berpesan agar mahasiswa tidak hanya fokus pada kelas, tetapi juga ikut mengembangkan potensi siswa dalam bidang ekstrakurikuler. Rebana, pramuka, hingga tilawah menjadi wahana penting untuk menggali bakat terpendam peserta didik. “Peka terhadap keadaan sekitar, termasuk hal sederhana seperti membuang sampah pada tempatnya. Itu juga bagian dari mendidik,” tambahnya.
Acara dilanjutkan dengan sambutan dari Kepala SMK Islamic Centre Baiturrahman, Irham Latief Kurniawan, S.Kom, yang menyambut hangat kehadiran mahasiswa PLP 2. Beliau mengingatkan bahwa masa satu setengah bulan ini harus dimanfaatkan sebaik mungkin. “PLP 1 hanya observasi, tetapi PLP 2 kalian akan benar-benar menjadi guru. Bukan hanya guru biasa, tapi juga murobby yang membimbing dengan akhlak dan kasih sayang,” ungkapannya.
Di hadapan mahasiswa, kepala sekolah menekankan bahwa pembelajaran lintas pengetahuan, termasuk pemanfaatan teknologi AI, tidak akan menggantikan peran guru sebagai pendidik nilai dan akhlak. “Chat GPT bisa jadi pedoman materi, tapi guru harus tetap menghadirkan akhlak terbuka. Itu yang tidak bisa digantikan teknologi,” jelasnya.
Selama PLP 2, mahasiswa akan menjalani dua minggu observasi, kemudian empat kali praktik mengajar di kelas bersama guru pamong. Di antaranya, Miz Rizka (guru bahasa Inggris), Pak Irfain (PBA dan PAI), serta Pak Riyanto dan Bu Wanti (Kewirausahaan). Mahasiswa juga diperbolehkan ikut terlibat dalam kegiatan ekstrakurikuler seperti rebana, tilawah, hingga esport.
Kegiatan pembinaan di sekolah ini pun tidak lepas dari nuansa religius. Setiap pagi, siswa melaksanakan shalat dhuha bersama, dilanjutkan dengan tadarus dan hafalan Al-Qur’an. Mahasiswa diharapkan ikut mendampingi kegiatan tersebut sebagai bagian dari pembelajaran praktis dalam mendidik dengan keteladanan.
Meski sempat diselipi kabar bahwa salah satu guru pamong, Bu Wanti, akan menunaikan ibadah umrah selama 13 hari, hal itu tidak mengurangi semangat kolaborasi antara guru dan mahasiswa. “Bekal satu setengah bulan tidaklah mudah, tapi dengan disiplin dan dedikasi, kalian akan ditempa menjadi guru berkarakter,” tegas Kepala Sekolah sebelum menutup acara.
Dengan penuh harapan, 15 mahasiswa UIN Walisongo kini siap mengabdikan diri. Mereka bukan hanya belajar mengajar di kelas, tetapi juga belajar menjadi sosok mualim, muaddib, mudarris, sekaligus murobby yang sesungguhnya. Dari sini, langkah awal menuju guru berkarakter, disiplin, dan berdedikasi dimulai.
Red: Ahmad Irfain